Sekitar 50 aktivis mahasiswi tergabung dalam Keluarga Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yasa Anggana (STIE) Kabupaten Garut
melakukan sweeping ke kantor Bupati Garut Jalan Pembangunan, Rabu
(28/11).
Mereka menilai perbuatan Bupati Garut Aceng HM Fikri menikahi singkat gadis belia Fany Octora berakhir perceraian lewat SMS merupakan tindakan arogan dan melecehkan perempuan. Sehingga Aceng harus bertanggung jawab dan meminta maaf kepada Fany dan keluarganya, serta masyarakat Garut atas kasus tersebut.
Sebelum mensweeping kantor Bupati, massa berunjuk rasa di depan lingkungan kampus STIE Yasa Anggana Garut Jalan Otista sekitar pukul 10.30 WIB, kemudian kawasan bundaran Simpang Lima Tarogong Kidul, baru bergerak menuju kantor Bupati.
Sepanjang aksi, mereka bergantian menyampaikan orasi dan membagi-bagikan selebaran berisi kecaman terhadap perilaku Aceng HM Fikri yang dinilai tak mencerminkan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Garut dapat dijadikan figur teladan masyarakat.
Sesampai di depan kantor Bupati, massa langsung masuk ke halaman kantor di lingkungan Sekretariat Daerah Garut Jalan Pembangunan.
Mereka memaksa bertemu Bupati namun dicegah sejumlah petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan pegawai setempat. Mereka tak puas mendapatkan jawaban bila Bupati sedang tak berada di kantornya.
Akhirnya sebanyak lima perwakilan massa pengunjuk rasa diperbolehkan masuk ke gedung kantor Bupati Garut. Mereka pun melakukan sweeping ke sejumlah ruangan, termasuk ruangan WC, dan ruang kerja Bupati di lantai dua gedung tersebut.
Setelah dipastikan Bupati tidak ada di kantornya, para mahasiswi turun meninggalkan gedung kantor Bupati. Namun sebelumnya, di halaman kantor, mereka sempat melakukan orasi.
"Dalam keadaan seperti ini, Bupati tidak ada di kantornya. Berarti dia tak masuk kantor. Ini memprihatinkan," sesal Koordinator Aksi, Hakni Khoerudin.
Para mahasiswi pengunjuk rasa tersebut baru mengakhiri aksinya setelah berorasi di halaman gedung DPRD Kabupaten Garut Jalan Patriot.
Dalam pernyataan sikapnya seperti disampaikan Hakni, Keluarga Besar Mahasiswa STIE Yasa Anggana Garut menilai perbuatan Aceng HM Fikri meskipun sifatnya personal namun tak dapat dilepaskan dari kapasitasnya sebagai orang nomor satu di Garut. Sehingga semestinya dia bisa menjadi figur dan tauladan bagi masyarakat Garut.
Perbuatan Aceng HM Fikri mencederai martabat dan derajat kaum perempuan. Hal itu mencerminkan dekadensi moral dan tindakan tak bertanggung jawab diperlihatkan Bupati.
"Bagaimanapun maju mundur, baik buruknya suatu daerah dapat diukur dari moral, budi pekerti, dan tindak tanduk seorang pemimpin daerah itu sendiri. Terlepas dari konstelasi politik Garut yang penuh intrik, kasus ini hanya akan menambah deretan dari berbagai carut marutnya permasalahan yang ada di Garut,” kata Hakni.
Dia menyebutkan, kasus kawin kilat ala Aceng HM Fikri memberikan preseden buruk bagi citra masyarakat Garut .
Mereka menilai perbuatan Bupati Garut Aceng HM Fikri menikahi singkat gadis belia Fany Octora berakhir perceraian lewat SMS merupakan tindakan arogan dan melecehkan perempuan. Sehingga Aceng harus bertanggung jawab dan meminta maaf kepada Fany dan keluarganya, serta masyarakat Garut atas kasus tersebut.
Sebelum mensweeping kantor Bupati, massa berunjuk rasa di depan lingkungan kampus STIE Yasa Anggana Garut Jalan Otista sekitar pukul 10.30 WIB, kemudian kawasan bundaran Simpang Lima Tarogong Kidul, baru bergerak menuju kantor Bupati.
Sepanjang aksi, mereka bergantian menyampaikan orasi dan membagi-bagikan selebaran berisi kecaman terhadap perilaku Aceng HM Fikri yang dinilai tak mencerminkan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Garut dapat dijadikan figur teladan masyarakat.
Sesampai di depan kantor Bupati, massa langsung masuk ke halaman kantor di lingkungan Sekretariat Daerah Garut Jalan Pembangunan.
Mereka memaksa bertemu Bupati namun dicegah sejumlah petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan pegawai setempat. Mereka tak puas mendapatkan jawaban bila Bupati sedang tak berada di kantornya.
Akhirnya sebanyak lima perwakilan massa pengunjuk rasa diperbolehkan masuk ke gedung kantor Bupati Garut. Mereka pun melakukan sweeping ke sejumlah ruangan, termasuk ruangan WC, dan ruang kerja Bupati di lantai dua gedung tersebut.
Setelah dipastikan Bupati tidak ada di kantornya, para mahasiswi turun meninggalkan gedung kantor Bupati. Namun sebelumnya, di halaman kantor, mereka sempat melakukan orasi.
"Dalam keadaan seperti ini, Bupati tidak ada di kantornya. Berarti dia tak masuk kantor. Ini memprihatinkan," sesal Koordinator Aksi, Hakni Khoerudin.
Para mahasiswi pengunjuk rasa tersebut baru mengakhiri aksinya setelah berorasi di halaman gedung DPRD Kabupaten Garut Jalan Patriot.
Dalam pernyataan sikapnya seperti disampaikan Hakni, Keluarga Besar Mahasiswa STIE Yasa Anggana Garut menilai perbuatan Aceng HM Fikri meskipun sifatnya personal namun tak dapat dilepaskan dari kapasitasnya sebagai orang nomor satu di Garut. Sehingga semestinya dia bisa menjadi figur dan tauladan bagi masyarakat Garut.
Perbuatan Aceng HM Fikri mencederai martabat dan derajat kaum perempuan. Hal itu mencerminkan dekadensi moral dan tindakan tak bertanggung jawab diperlihatkan Bupati.
"Bagaimanapun maju mundur, baik buruknya suatu daerah dapat diukur dari moral, budi pekerti, dan tindak tanduk seorang pemimpin daerah itu sendiri. Terlepas dari konstelasi politik Garut yang penuh intrik, kasus ini hanya akan menambah deretan dari berbagai carut marutnya permasalahan yang ada di Garut,” kata Hakni.
Dia menyebutkan, kasus kawin kilat ala Aceng HM Fikri memberikan preseden buruk bagi citra masyarakat Garut .
Sumber : Inilah
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Terimakasih Telah Berkunjung di Fhatrya Information
Jangan Lupa Komentarnya Yah
Terimakasih Telah Berkunjung di Fhatrya Information
Jangan Lupa Komentarnya Yah
0 komentar:
Posting Komentar